Persatuan Mahasiswa Islam Universiti Teknologi Malaysia (PMIUTM) mengambil langkah proaktif bagi mencegah gejala sosial dikalangan mahasiswa dengan menubuhkan Badan Bertindak UTM Zon Larangan Bonceng (sumber :http://utmsayno2bonceng.blogspot.com/)
aku teringat 4 tahun dulu ketika aku menjejakkan kali ke bumi UTM ini. Kolej kesayanganku Kolej Tuanku Canselor yang memnag terkenal dengan kolej ISLAMIK (x tau mana wujud istilah nie..) telah melancarkan kempen camnie.
tapi, suasana telah berubah dari tahun ke tahun apabila mahasiswa yang memahami kepentingan menjaga batas pergaulan dalam Islam ini telah disingkirkan secara berperingkat oleh pihak tertentu.
salahkah kita ingin berbuat baik? banyak persoalan yang timbul difikiran aku sepanjang memerhatikan gelagat mahasiswi dibumi UTM ini. Antaranya:
# mengapa wanita yang bertudung labuh dipandang pelik berbanding wanita yang tidak memakai tudung?
##bukankan wanita Islam auratnya kecuali muka dan tapak tangan??
#mengapa wanita yang memakai jubah dan purdah (international student terutamanya) dipandang sukar bersosial ?
## kita bukan digalakkan bersahabat dengan orang yang solehah dan baik supaya kita pon leh ikut jadi baik. betol x??
# Bila menonton cerita hiburan, excitednya sampai sanggup pergi panggung wayang. Duit sanggup dilaburkan untuk keseronokan dunia
##kenapa ceramah dan kuliah agama di masjid sukar dihadiri malah menjejakkan kaki ke masjid
pun hanya kerana ada exam? bukankah masjid itu rumah ALLAH??
#mahasiswa diwajibkan memakai pakaian smart day pada hari Isnin, jika tidak, urusan rasmi tidak boleh dibuat.
##menutup aurat yang wajib ini tidak pernah diwartakan di UTM walaupun motto UTM "kerana tuhan untuk manusia" . hairan bin ajaib
#berdua-duaan ditempat gelap dan kehadiran siswa di blog siswi sangat biasa dan menjadi rutin
##mengapa bila dibuat perjumpaan usrah(keluarga) untuk mengeratkan hubungan sesama muslim di anggap salah dan underground??
banyak lagi yang mungkin sahabat2 boleh nampak (kalau perasan kot..)
apa yang penting sekarang, kesedaran dikalangan mahasiswa intelek yang boleh berfikir dengan baik tentang masalah yang berlaku sekarang mungkin disebabkan pergaulan mahasiswa yang terlalu bebas dan tiada sekatan.
aku tau, ibu bapa kita tak nampak pon apa yang kita buat kat sini, tapi ingat, Allah tak pernah tidur dan sentiasa memerhatikan hambaNya.
semoga sama2 muhasabah diri. kita masih boleh kembali ke pangkal jalan. tidak ada istilah "aku dah buat dosa, xde jalan taubat untuk aku". yang ada "dimana ada kemahuan, disitu ada jalan". itulah jalan menuju REDHANYA.
jika ada tersalah isi, harap dapat sahabat pembaca dapat memperbetulkan kerana aku jarang menulis artikel seperti ini. jika ada tambahan dalil yang boleh mengukuhkannya, sangat di alu-alukan dalam komen dibawah.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
4 comments:
HUKUM NAIK OJEK
Bagaimana hukum syara’nya orang yang membonceng wanita bukan mahramnya di atas kendaraan yang sama (ojek), dimana pekerjaan itu memang telah menjadi profesinya untuk mencari nafkah?
Jika kendaraan tersebut di atasnya menggunakan, seperti pelana (semacam tempat duduk tersendiri, dengan pegangannya), atau yang sejenis, dimana kalau wanita tersebut naik di belakangnya, dia tidak akan menyentuh pemboncengnya, dan rute perjalanannya di dalam kota, dengan kata lain tidak melintasi kawasan terpencil, maka hukumnya boleh jika memenuhi dua syarat ini: (1) wanita tersebut naik di belakangnya, sementara dia tidak menyentuh pemboncengnya, dan (2) tidak membawanya, kecuali pada rute dimana mata orang bisa memandanginya. Alasannya, karena Rasulullah saw. pernah membawa Asma’ ra. (adik ipar Nabi) di Madinah, tatkala dia memikul beban yang berat di atas kepalanya. Maka, Rasulullah saw. hendak merundukkan untanya agar bisa dinaiki Asma’, namun Asma’ lebih suka melanjutkan perjalanannya, dengan tidak menaiki (unta Nabi). Sudah lazim diketahui, bahwa di atas unta itu ada punuk, dimana yang pertama bisa dinaiki oleh seseorang, setelah itu berikutnya bisa dinaiki di belakangnya, sementara orang yang kedua tidak harus menyentuh orang yang pertama. Punuk tadi ada di antara kedua orang tersebut. Orang yang kedua pun bisa memegang punuk tadi, sesuka hatinya. Dengan kata lain, unta itu merupakan kendaraan yang memungkinkan untuk dinaiki dua orang, dimana satu sama lain tidak harus saling berpegangan.
Al-Bukhari telah mengeluarkan dari Asma’ bint Abi Bakar berkata:
وَكُنْتُ أَنْقُلُ النَّوَى مِنْ أَرْضِ الزُّبَيْرِ الَّتِيْ أَقْطَعَهُ رَسُوْلُ اللهِ عَلَى رَأْسِيْ … إِلَى أَنْ تَقُوْلَ “ثُمَّ قَالَ الرَّسُوْلُ إِخْ إِخْ لَيَحْمِلْنِي خَلْفَهُ فَاسْتَحْيَيْتُ …”.
Saya pernah membawa benih dari tanah az-Zubair (suami saya), yang telah diberikan oleh Rasulullah saw., dipanggul di atas kepala saya… sampai pernyataan beliau: Kemudian, Rasulullah saw. berkata: Ikh, ikh agar beliau bisa membonceng saya di belakangnya, tetapi saya merasa malu..
Ikh, ikh maksudnya, beliau ingin merundukkan untanya (supaya bisa dinaiki Asma’ di belakangnya).
Karena itu, jika bagian punggung kendaraan tersebut memang siap untuk dinaiki dua orang, tanpa harus bersentuhan satu sama lain, sementara rute perjalanannya bukan di kawasan sepi (terpencil), maka hal itu boleh (mubah). Tetapi, jika tidak (memenuhi dua syarat tersebut), maka tidak boleh (haram). Dari pertanyaan Anda, bisa ditarik kesimpulan, bahwa kendaraan (yang dimaksud, yaitu ojek), yang Anda tannyakan, tentang naiknya wanita di atasnya, dibelakang lelaki (bukan mahram) tersebut jelas tidak demikian. Artinya, di atas punggungnya tidak ada sesuatu yang bisa dinaiki dua orang, sementara satu sama lain tidak saling menyentuh. Karena itu, dalam konteks seperti ini hukumnya tidak boleh (haram). Namun, kalau orang-orang itu ingin membonceng di belakangnya, hendaknya membonceng kaum pria saja, atau membawa kaum wanita tersebut dengan mengendarai kendaraan (seperti motor tossa yang di belakangnya ada gerobak pengangkut, atau becak Aceh), sementara pria pengendaranya membawa mereka. Bukan dengan wanita tersebut naik di belakangnya (ojek), dan memegangi (tubuh pengemudi)-nya, maka ini hukumnya tidak boleh (haram).
lihat pada kondisinya ya.. kondisi di sini wanitanya menyentuh dan merapat-rapat dengan pria (penunggang).
salam. wah, anoying ni siap copy n paste kat sume blog ye. annoying, gejala bonceng di UTM tak sama dengan apa yang dihalalkan seperti yang anda letak dalam artikel tu, datang lah ke utm dan lihat sendiri bagaimana mahasiswa bukan mahram berpelukan di atas sebuah motorsikal yang masih belum ada pemisah pada tempat duduknya (kerana belum ada yang mahu buat design macam ni kat Malaysia). tapi, ana bimbang kalau ada pemisah pun, bila dah turun motorsikal, masih bergandingan tangan dan berdua-duaan ke sana sini (naik kereta dan naik teksi pulak?)..gerakan ni sebenarnya salah satu langkah awal untuk mencegah gejala sosial yang beranak pinak daripada membonceng.
salah kah kalau kita berusaha untuk menghindarkan penzinaan?
...
utk sahabatku anoying>>
aku paham maksud kamu. seperti kata hasunah, situasi di tempat kamu berbeza sekali dengan UTM di Malaysia ini. Mahasiswa yang bukan mahram dengan sengaja membonceng untuk keseronokan dunia semata2.
Utk pekerjaan seperti itu, aku tidak berani menjawabnya. boleh tanya ust yg lebih mengetahui.
pandangan peribadi aku, kalau boleh cari pekerjaan lain adalah lebih baik. terima kasih kerana memberi komen
kepada ananymous>>
terima kasih membantu. sengaja atau terpaksa adalah 2 perkara yg berbeza. dan di UTM, perasaan membonceng memang berbeza dengan tempat anaying
Hasunah>>
mula2 bonceng, dah seronok, mungkin perkara yg lebih buruk akan berlaku termasuk penzinaan. itu situasi di sini
>>>segala pandangan madam adalah berdasarkan pemerhatian dan pengalaman peribadi. Jika ada kesilapan, boleh membuat teguran. terima kasih<<<
Post a Comment